NASI TIWUL |
SURABAYA - Di jaman yang konon disebut sebagai jaman maju ini,
kebutuhan pokok Manusia melulu dipenuhi oleh Beras, sebagaimana pun kita makan
Beras merupakan jujugan dari Menu Wajib yang tersaji di atas meja makan kita.
Di dalam pemikiran kita telah tertanam dengan sangat dalam bahwa Beras adalah
makanan pokok yang bergizi tinggi, dan sudah menjadi sebuah Budaya Pangan yang
pakem di dalam Kehidupan kita.
Bisa bayangkan dalam sehari kita bisa mengkonsumsi
Beras hingga tiga kali, dan kita tidak pernah bosan untuk mengkonsumsi Beras.
Tetapi apakah betul Beras merupakan satu - satunya sumber
gizi, dan makanan yang diwajibkan bagi kita? Sebagai bangsa yang dikaruniai
dengan berbagai macam ragam hayati yang sangat kaya, kita jarang sekali mencoba
untuk meneliti bahan makanan lain selain Beras.
Pernahkah terlintas di dalam benak kita, apa yang
kira - kira akan terjadi apabila stok persediaan Beras kian menipis akibat
gagal panen yang berkepanjangan?
Dan apa yang akan terjadi apabila kelak suatu saat
Beras menjadi sebuah produk bahan pangan mewah yang langka serta eksklusif
untuk dijangkau?
Tentunya kita belum pernah terpikir ke arah sana,
mengingat kita masih bisa menjangkau Beras yang masih tersedia di Pasar. Tetapi
sekali lagi saya akan bertanya, bagaimana jika itu terjadi?
Mampukah kita menemukan alternatif pengganti
Beras? Apakah ada bahan pangan lain selain Beras yang bisa memberikan asupan
gizi yang setara dengan Beras?
Untuk mengetahui hal itu, kita wajib untuk membuka
khazanah nenek moyang kita, beberapa dari kita acuh tak acuh bahkan tidak tahu
sama sekali, apabila nenek moyang kita telah mengenal berbagai macam varian
makanan pokok selain beras. Hebatnya panganan alternatif ini juga memiliki
kandungan gizi yang tidak kalah oleh Beras. Menimbang akan hal itu saya akan mencoba untuk membuka kembali kekayaan Kuliner nenek moyang dalam mengolah bahan pangan pokok selain Beras.
Di dalam artikel ini terlebih dahulu saya akan membahas bahan pangan pengganti Beras yang dibuat dari bahan dasar Singkong, dan yang akan saya bahas kali ini adalah 'NASI TIWUL'.
SINGKONG / CASSAVA |
Tiwul bisa kita temui nyaris di seluruh pelosok pedesaan yang ada di Jawa. Tetapi tahukah kita, bahwa nasi Tiwul ini ternyata sudah sejak lama menjadi salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Papua, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Lampung. Mungkin kita sama sekali tidak menyangka apabila Tiwul yang di masyarakat modern perkotaan dianggap sebagai salah satu jenis jajanan pasar ini, ternyata memiliki kalori dan gizi yang memenuhi standar
untuk dijadikan makanan pengganti beras. Tap itentu saja Tiwul yang dimaksud
adalah Tiwul yang istimewa.
Tiwul yang dimaksud dengan Tiwul istimewa disini adalah Tiwul yang diolah dengan menggunakan bahan dasar non-air tetapi susu segar yang dicampur dengan telur. Tiwul adalah salah satu alternatif makanan pokok apabila persediaan Beras di pasaran kosong yang diakibatkan oleh berbagai macam sebab. Ini berarti kita bisa meminimalis ketergantungan utama kita akan ketersediaan Beras yang memang secara fakta kian menurun produksinya per tahun. Tetapi bagaimanapun juga, kita tetap harus memperhatikan kadar gizi makro dan mikro yang tinggi. Jangan sampai
karena berganti Tiwul, standar gizinya merosot.
Harus kita ketahui Tiwul dibuat dengan bahan dasar Singkong, Singkong merupakan salah satu sumber kalori potensial non-padi yang ternyata memiliki keunggulan dibanding dengan Padi. Singkong memiliki banyak kandungan Lemak, Kalsium, Zat Besi, Vitamin A dan C. Untuk membuat Tiwul bisa dengan cara mencampur Tepung Singkong (bahan dasar Tiwul)
dengan 18 persen Tepung Kedelai, maka Tepung Komposit tersebut menjadi
bahan pangan pokok bergizi tinggi dan lebih lengkap jika dibandingkan
dengan Padi. Ditambah dengan telur maka lengkaplah tiwul itu memiliki
kandungan Protein sebesar 29 persen.
Dari segi produksi, Tiwul juga memiliki segudang kelebihan dibanding dengan Padi. Sejauh ini, produksi Singkong masih surplus. Dan ternyata dari 100
persen produksi hanya 90 persen yang digunakan untuk bahan pangan, dan
industri.
Dari segi produksi Singkong pun layak dijagokan dibanding dengan Beras, karena singkong memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Singkong dapat tumbuhdi berbagai medan secara lebih merata di seluruh
wilayah di negeri ini. Jika dipanen hasilnya bisa mencapai 25 ton per hektare
per 9 bulan atau 134 kkal/hari, sedangkan Padi sawah dengan asumsi dua kali
panen hanya 12 ton per hektare setara dengan 125 kkal/hari. Artinya, dengan
pengolahan yang sederhana saja menjadi tepung komposit ubi kayu bisa menjadi
bahan pangan bergizi tinggi dan lengkap. Oleh karena
itu, peran Singkong dalam sistem pangan global menuju tahun 2020 layak untuk diperhitungkan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil pengumpulan data pola
konsumsi penggunaan sumber kalori utama non-padi di Papua, Nusa Tenggara Timur,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung.
Dari segi rasa meskipun Tiwul tampil dengan warna ke coklatan, Tiwul juga memiliki rasa khas yang gurih juga manis. Saya pribadi adalah penyuka nasi Tiwul, menurut saya bahkan Tiwul lebih nikmat dibandingkan dengan nasi Putih. Tapi memang sangat tidak mudah untuk menggambarkan kenikmatan dari nasi Tiwul ini, Saya menyarankan agar sesekali nasi Tiwul dihidangkan di dalam rumah Anda, sebagai salah satu alternatif baru, dan untuk menambah variasi selain Beras. Tentunya setelah kita menyimak Artikel di atas terutama yang berbicara panjang lebar mengenai kandungan Gizi dari Tiwul. Kita menjadi mengerti dan tidak ragu untuk mencoba menikmati nasi Tiwul ini.
Apakah nasi Tiwul cuma sekedar makanan Desa tanpa makna?
Anda yang menetukan, Selamat Mencoba!!!!
***dikutip dari berbagai sumber***
0 komentar:
Posting Komentar